Categories: Umum

Tiap Bangunan Konstruksi Itu Berbeda

Kami pernah mendapat pertanyaan singkat, "Pak, kalo untuk balok bentangan 5 m, ukuran dan pembesiannya berapa ya?"

Waduh..! Ada yang bisa jawab ngga? Bukannya nggak bisa… tapi kalau mau dituliskan, jawabannya bisa dijadikan satu buku tersendiri. Jadi, daripada saya buang energi menghabiskan tenaga, saya lebih baik bertanya balik kepada si penanya.

Yang mau saya tanyain antara lain:

  • Bangunannya untuk apa? Rumah? Hotel? Gudang? Kantor?
  • Baloknya menerus atau tunggal? Kalo menerus, berapa jumlah bentang, dan posisi balok tersebut ada di mana?
  • Posisi terhadap pelat lantai ada di mana? Di tengah (balok T), di ujung (balok L), atau nggak ada pelat lantai (balok persegi)
  • Apakah ada dinding di atas balok tersebut?
  • Apakah ada beban khusus di atas balok/lantai tersebut? Misalnya genset?
  • Kasur Raksasa? Atau pohon kurma?
  • Berapa mutu beton yang diinginkan?
  • Baloknya termasuk balok induk atau bukan (balok anak)?
  • Kalau balok induk, apakah memikul gempa atau tidak?
  • Apa lagi ya??… Nanti kalo kurang data saya tanya lagi deh.

Hehehehe… ribet kan? Daripada si penanya repot-repot menjawab, mending kirim aja gambar rencananya ke ahli struktur atau sejenisnya (yang jelas bisa ngitung struktur) Selesai perkara, tinggal duduk manis tunggu laporan dan hasilnya.

Pesan moral:

"Setiap bangunan konstruksi punya karakteristik masing-masing, sehingga tidak dapat digeneralisasi antara satu bangunan dengan bangunan yang lain, KECUALI jika bangunan tersebut memiliki BANYAK kemiripan sifat/karakteristik dengan yang bangunan lain"

Misalnya ada dua model struktur yang serupa, jumlah lantainya sama, bentang dan tinggi kolomnya sama, beban-beban permanennya sama, dan berada pada satu wilayah yang sama, katakanlah sama-sama di Jakarta, kalo mau spesifik lagi anggap saja bangunan itu adalah ruko.. hehe. Ternyata…ukuran balok dan kolomnya bisa beda, karena setelah diselidiki, bangunan yang satu berdiri di atas tanah yang termasuk kategori "tanah lunak" sementara yang lainnya di atas "tanah sedang".

Samain aja, gan.. ambil yang terbesar, trus digeneralisasi

Yaaa.. kalo seperti itu sih nggak masalah, proses desain bisa hemat waktu. Trik beberapa perencana struktur adalah seperti itu, untuk desain awal (preliminary) dihantam dengan ukuran yang besar-besar (yang masih masuk akal tentu saja). Saat desain itu direview oleh klien, perencana bisa punya waktu untuk melakukan perhitungan lebih detail sekaligus melakukan optimalisasi sehingga lebih ekonomis.

Kalo hitung balok pake rumus praktis yang L/10 sampai L/14 itu bisa nggak?

Bisa, tapi itu buat asumsi awal saja, untuk mempercepat perhitungan. Bukan buat desain akhir. Jadi, kalo panjang bentangnya 5 m, tinggi balok bisa kita coba dari 400 mm sampai 500 mm. Tinggal mencari lebarnya, kebutuhan tulangannya, dan mengecek lendutannya. Dan untuk itu kita harus tau berapa bebannya, bagaimana layoutnya, dll.. kembali ke pertanyaan di atas lah pokoknya. Nggak jarang dimensi struktur berbenturan dengan desain arsitek maupun planning dari M/E (Mekanikal & Elektrikal), sehingga harus disesuaikan lagi. Yang penting, selama syarat kekuatan dan kekakuan struktur terpenuhi, insya Allah perencana struktur bisa tidur dengan nyenyak.

Gan, untuk balok 5 m tadi, kalo saya pake ukuran 250 x 450, tulangannya 4D16 atas bawah.. kira-kira kuat nggak?

Sering sekali kami menerima pertanyaan yang mengandung kata "kira-kira". Kira-kira kuat nggak ya? Kalo mendapat pertanyaan seperti itu, ada dua jawaban: satu jawaban usil, satu lagi jawaban diplomatis.

Kalo jawaban usilnya adalah, "Dicoba dulu aja, kalo ambruk berarti nggak kuat.."

Tapi… kalo mau agak diplomatis, jawab aja seperti ini, "Selama tahanan strukturnya lebih besar daripada gaya dalam ultimate yang terjadi, struktur itu akan kuat".

Nah, kalo jawaban seperti ini, yang bertanya tentu akan ikut pusing. Mungkin karena males menghitung. Atau mungkin pusing karena nggak ada waktu buat menghitung. Atau pusing karena nggak tau cara ngitungnya bagaimana.

Sebenarnya ngitung itu gampang… yang susah adalah tanggung jawabnya. Sebagai seorang engineer, dengan data yang super minim, seberapa besar keberanian anda untuk memikul tanggung jawab atas kalkulasi yang anda berikan

Solusinya gimana? Banyak. Salah satunya yang sering saya pakai. Kalau ada data yang kurang, saya akan membuat beberapa asumsi. Semakin minim datanya, semakin banyak asumsi yang akan kita buat. Setelah selesai analisis, dan hasilnya keluar, tinggal dikasih catatan… kalau ada salah satu kondisi aktual yang ngga sesuai dengan asumsi yang telah diambil, maka hasil analisis itu bukan tanggung jawab kita lagi. Selesai perkara.

Nah… jadi tugas kita selanjutnya… tinggal bermain dengan asumsi-asumsi. Insya Allah dibahas di lain kesempatan.

[]semoga.bermanfaat[]

admin

View Comments

  • pernah liat juga saya untuk bangunan beton ini di buat pada fly over jalanan yang kita sering lihat di jakarta. Klo baeton jenis tersebut namanya eton apa yah min?

Share
Published by
admin

Recent Posts

Kuis Beton Bertulang

Kali ini kita coba iseng bikin kuis dengan tema beton bertulang. Kuis beton bertulang ini…

2 months ago

Material SAP2000 Untuk Indonesia Ternyata Udah Ada

Buat pengguna software buatan CSI (Computer & Strcuture Inc) khususnya SAP2000, kadang agak "kecewa" sewaktu…

3 months ago

Karir Di Teknik Sipil, Gimana Mulainya?

Tips Karir Agar Cepat Dapat Kerja dan Terapkan Ilmu! Halo, fresh graduates teknik sipil! 🎓…

3 months ago

Membuat Denah Struktur Dari Denah Arsitektur Menggunakan Model AI? Bisa Dong!

Membuat denah struktur dari gambar denah arsitektur menggunakan model AI bukan hal mustahil, bahkan teknologi…

3 months ago

SAP2000 versi 25.3.0, Apa Yang Baru Ya?

SAP2000 versi 25 sebenarnya sudah rilis sejak 2023 yang lalu, dan hingga saat ini sudah…

5 months ago

Calcpad – Aplikasi Spreadsheet Online Yang Ringan Untuk Engineering

Calcpad adalah salah satu aplikasi online yang berisi spreadsheet atau catatan kalkulasi engineering untuk beberapa…

5 months ago