Skip to content
Categories:

Balok Transfer dan Kolom Transfer

Post date:
Author:
Number of comments: 10 comments

Ada diskusi menarik di halaman facebook DTS, tentang struktur sebuah bangunan sederhana yang posisi kolomnya agak “ngga biasa” seperti gambar di bawah

image

Tentu saja konstruksi seperti itu kelihatan nggak biasa bagi sebagian besar orang, baik awam bahkan orang-orang konstruksi itu sendiri. Padahal, konstruksi semacam itu sangat banyak dan sangat sering ditemui. Smile 

Cuman… memang untuk struktur bangunan rendah (3 lantai atau kurang), memang sangat jarang ditemui kasus seperti ini. Soalnya, anggapan yang beredar luas di mayarakat adalah yang namanya kolom itu harus lurus segaris dari bawah sampai atas! Wow Open-mouthed smile

Seandainya memang harus seperti itu, berbahagialah kita para perencana struktur karena ngga perlu susah-susah menghitung konstruksi yang aneh-aneh. Open-mouthed smile Open-mouthed smile

Emang Kolom Boleh Nggak Segaris?

Pertanyaan ini saya jawab dengan : “sangat boleh”

 

Kalo perlu saya bilang, belum lengkap rasanya jadi perencana stuktur kalo belum pernah menghitung (merencanakan) kolom yang ngga segaris seperti ini – dengan cara yang benar tentu saja. Minimal tahap studi aja… ngga perlu tahap proyek.  Bukannya sombong, tapi kasus ini termasuk unik tapi sering ditemui. Makanya sayang banget kalau ada kesempatan menghadapi kasus ini tapi malah dihindari hanya karena alasan, malas atau susah ngitungnya.

Yang jelas, boleh banget kolom ngga segaris dari atas sampai bawah… mau selang-seling juga boleh. Yang penting KUAT. Cara taunya kuat atau ngga… ya dihitung lah. Itulah gunanya mempelajari analisa struktur, mekanika teknik, desain struktur beton-baja-kayu.

image

Jadi – mohon maaf banget nih – kalo ada yang bilang kolom itu harus segaris dari atas sampai bawah, mungkin belum pernah berkenalan dengan materi yang saya sebutkan di atas tadi, atau belum pernah mengaplikasikan ilmu-ilmu tadi.

Saya kan bukan anak teknik, gan. Mana pernah belajar begituan.. Sad smile

Makanya… Open-mouthed smile … ah sudahlah.. In love 

Kolom Eksentris

Judul artikel ini adalah Balok Transfer dan Kolom Transfer, itu sebenarnya adalah puncak dari kasus ini. Open-mouthed smile

Dan sebelum ke situ, kita sentuh dulu tentang kolom eksentris ini. Kolom eksentris itu simpelnya gini, kalau ada beban yang bekerja di atas kolom tapi tidak pada pusat gravitasi (cog) penampang kolom, itu berarti kolom itu menerima beban eksentris.

Beban eksentris adalah beban yang bekerja bukan pada titik pusat massa atau titik pusat gravitasi.

Jarak antara titik tangkap beban yang bekerja terhadap titik pusat gravitasi penampang kolom disebut eksentrisitas, biasanya disimbolkan e. Kalo eksentrisitasnya ke arah x sumbu penampang, simbolknya ex, begitu juga dengan ey.

image

Di mekanika struktur / mekanika teknik / analisa struktur sudah sangat sering dibahas, kalo ada beban terpusat P bekerja secara eksentris, maka akan timbul momen lentur yang menyertai beban terpusat itu, yang besarnya M = P*e.

image

(nb: centroid = garis titik berat atau sumbu utama penampang)

Kalau sudah seperti ini, kolom itu tinggal didesain terhadap beban P dan M. Konsepnya seperti itu.

Pertanyaan pentingnya adalah:

“Dari mana saja asal beban eksentris itu?”

  1. Posisi kolom dari lantai di atasnya yang titik pusat gravitasnya ngga segaris dengan kolom di bawahnya.
    Bukan cuma perubahan posisi kolom, perubahan ukuran kolom juga bisa menyebabkan eksentrisitas kalo memang titik pusat gravitasnya ngga menerus.
    image
  2. Posisi balok yang bertumpu pada kolom yang titik centerline-nya ngga ketemu dengan titik pusat gravitasi kolom.
    image
  3. Korbel. Jelas banget ada eksentrisitas di situ.
    image
  4. dan lain-lain… Open-mouthed smile

 

Jadi… kolom eksentris itu terjadi bukan hanya karena posisi kolom yang ngga segaris, tapi banyak penyebab lainnya yang entah kita sadari atau ngga, ternyata itu adalah eksentris. Smile

Kolom Transfer (dan Balok Transfer)

Nah… kondisi ekstrimnya… kita ambil kasus kolom lantai atas yang ngga segaris dengan kolom. Bagaimana kalo misalnya kolom yang di lantai atas kita geser lebih jauh lagi… 1 meter… 2 meter… pokonya sampai pisah sepisah-pisahnya sama kolom di bawahnya. LDR lah pokoknya. Long Distance Relationship!

Kalo kasusnya seperti ini, yaa kita kembali ke mekanika teknik lagi. Kita perlu balok sebagai penghubung antara dua kolom yang terpisah tadi. Kolom yang atas bertumpu di sebuah balok, dan balok itu bertumpu lagi pada satu atau dua kolom di ujungnya. Baloknya bisa di tengah bentang, atau bisa balok kantilever.

image

image

Nah… kolom yang terputus di suatu lantai tertentu – ngga menerus sampai ke lantai di bawahnya – itulah yang dinamakan Kolom Transfer.

Sementara balok yang memikul kolom transfer, disebut Balok Transfer.

Kalau uang yang dipakai buat membangun kolom dan balok transfer, NGGAK perlu disebut uang transfer. Bayar tunai atau kredit juga bisa. (serius amat.. Open-mouthed smile)

Penderitaan

Kalo uang transfer kan bisa bikin kita senang,… kalo kolom dan balok transfer justru sebaliknya.. menderita. Yang menderita bukan cuma perencananya. Balok dan kolom transfer itu juga sebenarnya lebih menderita dibanding balok-balok dan kolom-kolom normal yang lain.

Kalo kolom transfer sebenarnya ngga terlalu beda dengan kolom lain. Paling perhatian kita harus fokus ke detail penyambungannya ke balok transfer. Perilakunya seperti apa, apakah dia rigid (fixed) ke balok, atau flexible (moment released). Itu menentukan detailnya.

Sementara balok transfer.. luar biasa penderitaannya. Apalagi kalo jumlah lantai yang dipikul di atasnya lebih banyak, wah.. bisa luar biasa ukuran baloknya.

Dan… salah satu musuh utama dari Balok dan Kolom Transfer adalah tentu saja… gempa. Open-mouthed smile Tau sendiri kan pertimbangan beban gempa di Indonesia seperti apa. Bahkan di peraturan (SNI) beban gempa sempat disinggung khusus tentang balok transfer ini, terutama dalam memikul pengaruh beban gempa vertikal. Ngeri-ngeri sedap lah pokoknya.

Kayaknya itu saja sebagai pengantar tentang Balok dan Kolom Transfer. Semoga mendapat sedikit pencerahan. Open-mouthed smile

Terakhir… biar saya ngga dituduh omong kosong Open-mouthed smile, saya coba perlihatkan salah satu screenshot salah satu proyek kami yang ada kasus balok/kolom transfernya.

image

image

Tantangan dari struktur ini adalah, bangunan ini didominasi partisi kaca, jadi ada beberapa posisi kolom dari atas yang ngga bisa diteruskan ke bawah karena posisinya ada di tengah-tengah kaca. Mungkin ada sekitar 4 atau 5 kolom transfer di struktur ini. Untungnya, struktur ini termasuk “ringan”, makanya itu juga yang bikin kami berani.

[]semoga.bermanfaat[]

Comments

  • says:

    Pak, bagaimana cara untuk menghitung atau menentukan besaran balok transfer? Apabila balok transfer tersebut menanggung beban kolom lantai 2 yang menggunakan atap dag cor beton tebal 10cm sekaligus diatasnya terdapat tandon air kapasitas 500 liter (jarak kolom atas 1,2 m dari kolom bawahnya) Mohon penjelasannya. Terima kasih.

    • Masih kurang data panjang baloknya berapa, baloknya menerus atau tunggal. Kalau menerus posisinya di ujung atau di tengah.
      Trus kolom-kolom dak betonnya ada berapa, posisi yang menumpu ke balok transfer ada di mana.
      Gampangnya… ada gambarnya ngga pak? 🙂

  • saya pernah menemui desain balok transfer spt sket diatas. bentang 5 m dgn ditengahnya terdapat kolom 25×25. solusi saya balok sy buat lebih tinggi (dimensi 300×500), kemudian penulangan sengkang saya buat lebih rapat disepanjang bentang (jarak 125). kebetulan beban diatasnya hanya memikul beban atap saja.

    btw bagus2 artikel nya. aktual. thx min 🙂

  • pak, saya mau nanya, kira-kira dimana ya saya bisa mendapatkan jurnal tentang balok transfer ? saya kesulitan untuk mencari bahan untuk penelitian saya , pak. mohon bantuan nya ya, pak. terima kasih

  • Pak, sepertinya setelah saya perhatikan gambar yang pertama ditampilkan tidak sama dengan cerita eksentritas kolom dan balok cerita dibawah, karena gambar pertama itu hampir bisa dipastikan titik berat kolom diatas keluar dari balok pemikul beban dibawah atau dengan kata lain yang memikul beban di atas “jangan2” slab lantai yahg kembali lagi kepada “certia tukang” pengalaman” he he karena itu photonya cuman tampak /view luar doang !!..
    Please ad vise?

    • Betul, bung Hendoz…
      Pengamatannya hanya dari luar… kita ngga tau berapa lebar kolom, lebar balok, posisi balok dll.
      Makanya banyak sekali persepsi yang bisa muncul di sini.

      Dan salah satu persepesi awal yang kami tangkap adalah “kolom yang tidak segaris” dari atas ke bawah.
      Masalah transfer bebannya apakah melalui balok atau slab itu ngga masalah, selama bisa dipertanggungjawabkan melalui analisis.

      Kalopun di contoh berikutnya kami munculkan balok, itu bukan mengacu ke foto pertama.. tapi itu contoh lain yang juga sering terjadi.

      Jadi isunya adalah, banyak yang merasa foto pertama itu ngga benar. Padahal belum tentu 🙂
      Dan foto itulah yang mengantar kami masuk ke masalah eksentrisitas, karena foto itu termasuk salah satu dari sekian macam kasus ekstentrisitas yang bisa dibilang hampir selalu ada di setiap perencanaan struktur.

      Apakah ada masalah lain yang bisa dibedah di foto itu? Tentu banyak, salah satunya yang bung Hendoz utarakan – slab memikul beban dari kolom ? Cuman itu kita ngga bahas di sini 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *