Nah, dalam bidang keilmuan khususnya teknik sipil, topik ini juga tidak sepi dari berbagai macam diskusi, forum, maupun kajian-kajian keilmuan. Bagaimana tidak? Sebagian besar hasil karya mereka (para engineer) diuji langsung oleh alam (baca: Tuhan). Tidak sedikit rekan berkomentar, “di sinilah ketahuan, mana perencana yang benar, mana yang asal-asalan”. Kalopun perencananya sudah benar, berarti pelaksananya yang nggak beres. 🙂
Kami sendiri, alhamdulillah berkesempatan mengunjungi area tersebut 2 hari setelah gempa terjadi. Perjalanan kami adalah perjalanan tugas dari tempat kerja sehubungan dengan adanya permintaan dari perusahaan tertentu untuk melihat kondisi beberapa bangunan aset milik mereka. Sambil menyelam, minum air. Sambil bertugas, kita belajar. Di sela-sela waktu itulah kami gunakan untuk berkeliling seputar kota Padang tidak hanya sekedar melihat bangunan yang rubuh, tapi juga mencoba menganalisa, mengapa bangunan tersebut bisa rubuh, sementara bangunan di sebelahnya masih kokoh?
Inilah beberapa hasil tinjauan kami.
Hampir semua bangunan yang rubuh yang kami saksikan mengalami keruntuhan soft story. Buat yang belum tahu, sekedar informasi, istilah soft story menunjuk kepada kondisi keruntuhan gedung (biasanya berlantai lebih dari satu) di mana lantai di bawah lebih “lunak” daripada lantai di atasnya, atau kalau dibalik, lantai di atas lebih “keras” atau kaku dibanding lantai di bawahnya.
Berikut ini adalah gambar beberapa bangunan yang mengalami kegagalan karena pengaruh soft story.
Masalah soft story ini akan di bahas lebih lanjut di artikel berikutnya.
Di dalam perencanaan bangunan tahan gempa, kita harus memahami filosofi keruntuhan sebuah bangunan (khususnya sistem frame/portal). Ada konsep yang dinamakan “strong column weak beam” (SCWB). Konsep ini juga insya Allah akan dibahas lebih jauh di artikel lain. Intinya, pada konsep ini, sesuai namanya, kolom tidak boleh collapse lebih dulu dibandingkan balok. Bicara tentang SCWB berarti bicara tentang beam-column joint, dan bicara tentang joint tidak lepas dari yang namanya detailing. Walopun hitungannya sudah benar, tapi kalo detailingnya ngaco, ya sami mawon a.k.a singkamma ji a.k.a sama saja.
Beberapa gambar di bawah menunjukkan detailing yang kurang tepat.
Kami mengunjungi Hotel Ambacang yang banyak diekspos media, dan kami menemukan beberapa petunjuk yang menjelaskan penyebab keruntuhan. Bema-column joint ini misalnya. Kalau dilihat bentang tengah balok kiri, kanan, dan bagian tengah kolom di bawah, betonnya masih oke, tulangannya masih terbungkus aman. Tapi di daerah joint, terjadi collapse. Kurangnya sengkang (ties) di daerah joint bisa menyebabkan keruntuhan ini, buktinya adalah tulangan utama sudah tidak terkekang dan “terlempar” keluar akibat stress yang tinggi yang berasal dari inti beton.
Kasus yang sama terjadi pada beberapa gedung berikut:
Sengkang yang digunakan pada kolom di atas berukuran sangat kecil. Sepanjang pengetahuan kami, di SNI Beton 2002 disebutkan bahwa diameter minimum untuk tulangan sengkang (lateral) elemen kolom (khususnya dalam memikul beban gempa) adalah 10 mm (boleh polos, sebaiknya ulir).
Pelanggaran yang kedua adalah, menggunakan tulangan polos pada elemen penahan gempa, padahal SNI sudah mengatur untuk menggunakan tulangan ulir untuk semua penulangan (kecuali sengkang boleh polos). Kenapa tulangan polos “diharamkan”? Karena mekanisme lekatannya hanya mengandalkan adhesi dan friksi. Menurut data, kuat lekat ini hanya 10% dari lekatan tulangan ulir dengan diameter yang sama. Pada saat gempa, di mana gaya gempa bekeja bolak-balik, gaya lekatan tulangan polos akan menurun drastis, bahkan bisa hilang (loss) kontak dengan beton, akibatnya sendi plastis yang diharapkan terjadi pada balok tidak akan terjadi.
Walopun dinding di atas cuma dinding pembatas dua lahan, tapi bisa dibayangkan jika dinding tersebut jatuh menimpa orang di sebelahnya. Kesalahan fatal dinding tersebut adalah, tidak ada struktur yang cukup untuk menahan dinding tersebut terhadap arah lateral.
Gambar di atas, sebenarnya dinding bata sudah dikekang dengan baik, tapi ikatannya terhadap beton kurang begitu kuat sehingga batanya sudah tidak mampu mendisipasi energi gempa. Struktur betonnya sendiri masih utuh, hanya beberapa lapisan finishing yang terlepas.
Sementara gambar di atas, dinding batanya ikut mendisipasi energi gempa dan tidak ambruk. Walopun sudah porak-poranda, tapi dinding tersebut masih “menempel” pada struktur utama.
Pada kolom di atas, tulangan masih terpasang dengan rapi. Sengkang tidak terlepas, tulangan utama tidak “berhamburan”, tapi justru inti betonnya yang hancur lebur. Ini menandakan kualitas beton yang terpasang kurang baik.
Bangunan di atas adalah bangunan hotel yang mempunyai struktur rangka baja.
Di sekitar bangunan tersebut, ada lapisan tanah yang bergeser. Bisa jadi pemicu keruntuhan tersebut adalah bergesernya lapisan tanah yang mungkin membuat (sebagian) pondasi ikut bergeser, sehingga struktur di atasnya terganggu keseimbangan maupun kestabilannya.
Itulah sebagian yang bisa kami share dari hasil perjalanan kami beberapa waktu yang lalu. Banyak sekali pembelajaran yang bisa kita ambil di sini. Walaupun banyak gedung yang rubuh, tapi tidak sedikit juga gedung-gedung serupa yang masih berdiri dengan kokoh dan tidak mengalami kerusakan yang berarti. Jadi, jangan sesalkan gempanya karena masalah gempa adalah masalah musibah yang sifatnya ghaib (hanya Yang Maha Kuasa yang mengatur semuanya). Kalaupun harus ada yang disesalkan, maka sesalkanlah konstruksi bangunannya yang kurang memenuhi syarat baik itu dalam segi perencanaan maupun pada waktu pelaksanaan.
Itulah sebabnya, perhitungan yang matang, detailing yang tepat, dll sangat perlu diperhatikan. Soalnya, berbicara masalah bangunan tahan gempa, artinya kita sebagai structural engineer punya tanggung jawab untuk mencegah atau mengurangi jatuhnya korban yang bisa saja muncul akibat konstruksi yang salah dalam perencanaan dan atau pelaksanaan.[]
Update:
Tulisan serupa dapat juga dibaca di:
https://wiryanto.wordpress.com/2009/10/26/foto-foto-gempa-di-padang/
Kali ini kita coba iseng bikin kuis dengan tema beton bertulang. Kuis beton bertulang ini…
Buat pengguna software buatan CSI (Computer & Strcuture Inc) khususnya SAP2000, kadang agak "kecewa" sewaktu…
Tips Karir Agar Cepat Dapat Kerja dan Terapkan Ilmu! Halo, fresh graduates teknik sipil! 🎓…
Membuat denah struktur dari gambar denah arsitektur menggunakan model AI bukan hal mustahil, bahkan teknologi…
SAP2000 versi 25 sebenarnya sudah rilis sejak 2023 yang lalu, dan hingga saat ini sudah…
Calcpad adalah salah satu aplikasi online yang berisi spreadsheet atau catatan kalkulasi engineering untuk beberapa…
View Comments
Terima kasoh sangat bermanfaat.
Sebenarnya gempanya tidak membunuh, tetapi bangunan yang tidak didesain dengan baiklah yang membunuh. Jujurlah menjadi seorang engineer!
Terimakasih Infonya >>.salam Kenal Gada Bina Usaha
semoga kita bisa lebih mengeksplorasi lagi ilmu tentang bangunan anti gempa agar tidak mudah hancur lebur ketika gempa
tukeran link juga bro, mari kita sama2 membantu para engineering untuk bergandengan tangan memajukan dunia teknik sipil kita.
Salam,
Civil Engineering Community
Pak Agan, mohon minta dibahas analisis perhitungannya soft story
dan penyebab-penyebabnya. Saya seorang lulusan teknik sipil yg baru lulus dan masih belajar, mohon di share ilmunya.
Kalo nggak keberatan, di email (edi.iqbal87@gmail.com) juga ga papa koq. He...he....
THX
edi iqbal
Ya seperti itulah keadaan kota padang saat ini..entah sampai kapan akan pulih kembali kota ini....
Hal ini menjadikan sindiran dan pelajaran bagi kita khususnya ininyur sipil....
ngeri saia....