Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mendesain Kolom Beton Bertulang
Artikel ini membahas hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika mendesain elemen-elemen struktur khususnya struktur gedung.
Untuk bagian yang pertama kali ini, elemen yang dibahas adalah KOLOM.
A. Analisa
- Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom.
- Reduksi Momen Inersia
Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)
B. Beban Desain (Design Loads)
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:
- Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu. - Reduksi Beban Hidup Kumulatif.
Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983
Tabelnya adalah sebagai berikut:Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi 1 1.0 2 1.0 3 0.9 4 0.8 5 0.7 6 0.6 7 0.5 8 atau lebih 0.4 Contoh cara penggunaan:
Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
– Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
– Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
– Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
– Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
– Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak perlu sebesar 5×60 = 300 kN.
Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
D. Gaya Dalam
- Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom langsing.
- Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.
C. Detailing Kolom Beton
Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Ukuran penampang kolom.
Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/0.4 = 750 mm. - Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.
- Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm.
d adalah ukuran penampang dikurangi tebal selimut.d adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.
Catatan:
– toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.
– Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja. - Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.
Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan. - Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm.
- Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’) - Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.
Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.
Semoga bermanfaat[].
ovalhardi
says:selamat siang pak, izin bertanya pak, dalam penentuan indeks stabilitas untuk satu tingkat Q di dalam SNI 2847:2019 pasal 6.6.4.4. dimana persamaannya menggunakan
Q = sigma Pu * delta / Vus * Lc
untuk sigma Pu, delta & Vus, kombinasi apa yang digunakan pak ?
terimakasih.
Arif Malik
says:bagaimana cara menentukan besaran kolom untuk bangunan 5 lantai
Nugroho
says:Salam kenal…
Mohon pencerahanya.rmh saya ukuran 7.5×11.5
Besar kolom 12×40 6d12 jumlah 12 titik dg tinggi kolom 3.2m.jarak masing2 kolom 3.5m as.menggunakan batako sebagai sekat
Ukuran ring balk 20×40 dg tebal 12cm.sekat lantai 2 menggunakan bata ringan dan atap menggunakan baja ringan dan genteng metal..apakah itu sudah cukup apakah hrs ditambah kolom praktis untuk tambahan penguat.
Terima kasih
Nugroho Pitoro
says:Halo, terima kasih atas infonya. Kalau boleh tahu, artikel Anda mengacu kepada SNI nomor berapakah? Sekalian minta izin untuk tulisannya digunakan sebagai referensi tugas kuliah saya, bolehkah?
admin
says:Referensinya dari SNI Beton (SNI 2847), sama Peraturan Pembebanan 1983 kalo ngga salah.
Kami belum cross check terhadap Peraturan Pembebanan terbaru (SNI 1727)
Rizky
says:Sore pak, saya mau nanya, saya mau buat kolom buat rumah 2 laintai ukurannya 25cmx25cm. Yang mau saya tanyakan untuk panjangan bentangan kolom satu ke kolom lainnya itu berapa dengan ukuran buat tulangannya itu berapa ya pak? Terima kasih
admin
says:Secara teori (hitungan) kasar kolom 25×25 bisa dipasang hingga jarak 5m, tapi banyak faktor penentunya, misalnya ukuran balok-balok penyambungnya, posisi dinding-dinding di atasnya, beban-beban spesial yang ada di atasnya (misalnya gudang, taman, kolam renang, dll)
Untuk kolom 25×25 minimal pakai 8D10 (ulir)
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mendesain Kolom Beton Bertulang | Seputar Dunia Teknik Sipil – alisyaputra's Blog
says:[…] http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/ […]
Gens27
says:Bagus sekali, standard ukuran pipa didalam kolom atau tiang pagar yang sering ditanam didalam penulangaannya, jika melebihi luas penampang kan mengurangi kekuatan konstruksinya. Izin repost / share buat berbagi #civilengineer #gens27.com, terimakasih
Tugas Makalah Bahasa Indonesia | mghoffarkhan
says:[…] http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/ […]
supri
says:Bagus artikelnya, kalau ada waktu bisa di ulas juga gan tentang pondasi strauss pile supaya tambah popular. Salam sukses selalu
sandi
says:Ratio utk dimensi kolom berbanding tingginya yang ideal berapa?
tia
says:mau nanya, kalo mau bkin bangunan 3 lantai dengan bentang 8x 5 meter kira2 kolomnya dibuat dimensi brp ya ? teimakasih
admin
says:Jawabannya : tidak tahu. 🙂
Bukan karena tidak mampu, tapi pertanyaannya sangat susah tapi sekaligus sangat gampang. 🙂
Kalau mau jawaban gampangnya, saya bisa kasih ukuran 50cm x 50cm, dengan pembesian 12D16 (rasio hampir 1% dari luas penampang kolom)
Dijamin aman, hehe.
Kalau ditanya, bisa dikecilin? Oo.. bisa.
Berapa?… Ngga tau. 😀
Harus dihitung. Dan datanya sangat kurang lengkap. Ngga bisa diolah. 🙂
Jadi, kalau mau memperoleh ukuran kolom yang optimal, minimal diperlukan data-data berikut:
– Denah, tampak, potongan arsitek, lengkap dengan ukurannya.
– Mutu beton (K atau fc’)
– Jenis bangunannya apa
– Trus untuk data menghitung kekuatan kolom terhadap gempa, butuh info berupa lokasi bangunan, jenis/klasifikasi tanah.
Nah… kalo datanya lengkap seperti ini kan enak 🙂
jojon
says:Numpang nanya gan.
Mau bangun Madrasah 2 lantai. ukuran 8 m x 6 m.
Atap rangka dan seng biasa.
Lantai 1 plat lantai t = 10 cm
Lantai Dasar Rabat Beton Saja.
Dinding Samping 6 m dengan 3 titik Kolom. 2 bentang @ 3 m.
Dinding Belakang 8 m dengan 3 titik kolom, 2 bentang @ 4 m
Ditengah tanpa dinding tanpa kolom ( Bentang 6 m ).
Berapa Ukuran Pondasi dan Penulangannya?
Berapa Ukuran Kolom Tepi dan Pembesiannya?
Berapa Ukuran Kolom Tengah dan Pembesiannya?
Trims berat atas bantuannya, Semoga Allah membalasnya.
Wassalam.
Jauhari Engineer Structure
says:Kirim aj ksini gan pertanyaan ny entr saya hitung gan.trims
Jauhari Engineer Structure
says:total luas pondasi 1.4 m2 jadi ukuran ( 1 x 1.4 x 0.2) m Pilecap dipakai besi Diameter 12 jarak 150
Kolom Tepi Ukuran ny 20 x 20 (didapat Tulangan besi 6 diameter 8 )
Kolom Tengah Ukuran 20 x 35 (didapat Tulangan besi 6 diameter 12)
Ukuran balok pinggir 15/30 (Didapat Tulangan besi Tumpuan 1 diamtr 16) (Besi Lapangan 2 diamtr 12)
Ukuran balok Tengah 20/45 (Didapat Tulangan besi tumpuan & Lapangan 3 diamtr 12)
pembebanan di gunakan 1.2 DL + 1.4 LL
Note : Dihitung dengan program STAAD PRO
Julkarnain
says:Posting yang bagus gan mudah dipahami terus berkarya gan membagi ilmu di dunia teknik sipil mampir juga ke blog ane gan di http://insinyursipil.blogspot.com/2015/01/alat-alat-berat-yang-digunakan-pada_26.html… terimakasi
sukamto
says:Ass. Wr. Wb
Selamat siang admin , salam kenal,
Saya mau tanya brp ukuran Kolom dan Balok yg Ideal, apabila saya mau membangun rumah luas. 6M x 14M ( 3 lantai ) dgn rincian kurang lebih sebagai berikut :
– lantai 1 :
inginnya tidak ada kolom ditengah untuk ruang parkir motor dan ruang tamu ingin buat kumpul2 dengan tetangga sekitar jadi luas
– lantai 2 :
dilantai ini ada ruangan besar untuk kumpul2 pengajian dan kamar tidur
– lantai 3:
dilantai ini dipakai untuk ruang penyimpanan bahan2 kain buat boneka
dan kamar tidur pegawe
rumahnya ada di kampung dengan gang dengan lebar gang kurang lebih 120 cm
Bagaimana rumus hitungan yg simple untuk penggunaan besinya.
Mhn bantuan penjelasannya Pak Roni, untuk dimensi kolom, sloof dan baloknya ? Mhn sarannya Pak.. Walaikumussalam
terimakasih
admin
says:kalo ada denahnya dikirim aja ke juragan@duniatekniksipil.web.id
Jauhari Engineer Structure
says:Kolom utama 35 x 35 Tulangan 4 diameter 12, cincin 8-150
Tebal Plat Lantai 12 cm Wiremess M.8
Balok Utama 25/50 Tulangan 4 diameter 10, Cincin diameter 8-150
Balok Anak 15/30 Tulangan 4 diameter 8, Cincin diameter 6-150
ahmad fauzi
says:pak bisa minta tolong gak upload untuk koefisien momen grafik m pigeaud …
terima kasih
gunawan
says:saya mau bangun rumah 3 lantai,panjang 20 x lebar 10 m,rencananya pd setiap jarak 3m saya buat kolom utama(untuk panjangnya,jd ada 8 kolom)sedangkan pd lebarnya setiap 4 m ada kolom utama dan kolom praktis dijarak selahan 3meteran.Untuk estetika ruangan,lebar kolom saya buat mengikuti ukuran bata +/= 8 cm,sedangkan panjang 28 cm,shg jadinya nanti kira2 12 x 28 cm.Dan jumlah kolom lantai dasar kurang lebih 32 kolom ukuran 12 x 28 cm.Pertanyaannya adalah: 1. Berapa ukuran besi dan berapa batang yg diperlukan pada setiap kolom,sloof dan dak beton lantai 2 dan 3? 2. Berapa ukuran K beton yg diperlukan pada lantai 2 dan 3? 3.Apakah pemakaian ukuran besi perlu diperkecil pada lantai ke 3? 4.Apakah penggunaan batubata di lantai ke 3 dimungkinkan mengingat ukuran balok yg hanya 12 x 28 cm itu? Demikianlah,semoga Bapak berkenan memberikan jawabannya,terima kasih Pak atas bantuannya.
asep
says:Slmt siang. Mohon saran dan masukanny, krn sy bukan dr teknik. Sya hendak membangun bangunan untuk penempatan shelter ckd, genset 12kva dll. Bangunan tsb, tinggi dari atas tanah sktr 2m, dengan menggunakan kolom. Beban diatas bangunan itu sktr 2 – 2,5 ton. Kira2 desain kolom, slof, pondasi dan mutu beton yg digunakan spt apa? Luas bangunan, sktr 7x7m. Terima kasih
Liga Inggris
says:Matur nuwun gan.
berto sihite
says:Malam Pak,saya mau bangun gudang padi ukuran Lebar 10 m, Panjang 20 m dan Tinggi 6 m.rencana saya tiap jarak 5 meter ada kolom utama dan tiap 2.5 m ada kolom praktis (kolom bantu dinding bata).3 m dari sloof akan dibuat ring balok keliling. yg ingin saya tanyakan:
1.secara tehnik berapa ukuran sloof
2.berapa ukuran kolom utama,ring balok dan kolom praktis
3.berapa batang tulangan besi dan jenis polos atau ulir ( …D…) untuk sloof, kolom, ring balok dan kolom praktis
4.mutu campuran beton pakai K berapa untuk sloof, kolom, ring balok dan kolom praktis.
Terimakasih
Berto sihite
MUAMMAD SALEH, ST
says:kolom utama 30x30cm besi tulangan pakai besi 12 ulir
kolom praktis 12x12cm besi 10 ulir
sloof 20x40cm besi 12 ulir
balok 20×30 besi 10 ulir
campuran beton K225
untuk lebih jelas nya hubungi contac person : 085264682704
mr.joe Engineer Project
says:Kolom Konstruksi 25 x 25 besi polos 6 diameter12 dan tulang sengkang 8 – 150
kolom praktis 12 x 15 tulangan utama 4 diameter 8 dan tulang sengkang 6 – 150
Sloof 15/20 Tulangan utama 4 dia 12
beton ad 1 : 2 : 3 = K. 175
catatan
rangka gudang menggunakan baja ringan bukan baja berat.
berto sihite
says:Menyambung pertanyaan saya yg pertama,berapa ukuran ring balok, besi tulangan berapa batang dan ukuran berapa (…D…) dan adukan beton K berapa.
Terimakasih
Berto sihite
waluyo
says:Pak mohon dibantu, rumah saya lantai 2, untuk lantai 1 tinggi dinding 4m dengan kolom uk. 10×40 cm dengan tulangan ulir d.10 8 btg, ring balk 10×45 cm dgn tulangan ulir d.10 10 btg. Apakah bangunan ini aman? bagaimana kalau diperlukan untuk perkuatan kolomnya, terimakasih
Salam
Waluyo
susan
says:masbro,
dalam mendesain gedung 3 lantai, ditengah -tengah ada kolom praktis. kalo pemodelan di etabs, saat di running kolom praktis ukuran 15×15 rasio nya >1 (O/S) tapi pas di cek di pcaKol dia masih aman. sebenernya bagaimana konsep penyaluran gaya untuk kolom praktis sendiri. Dan di lapangan, sebenernya dia bakalan failed atau tidak ?
admin
says:kolom praktis itu bukan kolom struktural, jadi dia dianggap nggak memberi kontribusi terhadap kekuatan dan kekakuan struktur. Kolom praktis fungsinya hanya ‘memegang’ tembok/dinding agar stabil dan kaku.
Kolom praktis ngga perlu dimodelkan dalam analisis struktur.
achmad
says:Ass. Saya mw tanya nih, bisa gak rumah tinggal 2 lntai kolom utamanya jarak 5 mter? Tpi menGgunakan dimensi kolom 30×30.
admin
says:Wa’alaikum salam Pak Achmad. Untuk menghitung kekuatan kolom sebenarnya tidak cukup hanya dengan jarak antar kolom. Kita juga butuh data tinggi kolom, beban-beban di atasnya (posisi dinding, dll), layout balok, intinya sih bentuk keseluruhan strukturnya seperti apa.
Tapi… ukuran 30x30cm adalah ukuran yang cukup besar, dan seharusnya untuk ukuran rumah tinggal, kolom tersebut cukup kuat. Saya nggak berani mengatakan 100% kuat, karena untuk mengeluarkan pernyataan itu saya harus membuktikan bahwa kekuatan kolom lebih besar daripada reaksi akibat beban yang bekerja.
Dan, untuk membuktikan itu saya tidak bisa tanpa data yang lengkap. Bisa saja saya berasumsi, tapi kemungkinan besar tidak akan sama dengan kondisi aktualnya.
Salam.
dadi
says:Boleh tanya pak / bu
kalau ada kasus kolom lantai bawah lebih besar dari kolom diatasnya ( kolom bawah 50 x 50 sedangkan kolom atas 40×40)
pertanyaan saya :
1. sebaiknya kolom diatasnya rata pada sisi (luar / dalam ) atau justru seperti sistim botol ?
2. apakah pada kasus ini akan terjadi eksentrissitas ?
terima kasih
admin
says:Itu tergantung dari arsitek. Tapi umumnya structure engineer lebih suka yang model botol untuk menghindari menghitung eksentrisitas. (Padahal sebenarnya dia bisa saja menghitungnya, tapi itu kan nambah kerjaan.. hehe )
Tapi, biasanya arsitek lebih memilih rata luar. Tergantung mana yang lebih bisa diterima.
Keduanya sudah banyak diterapkan, ada yang rata luar, ada yang rata tengah.
Biasanya, kalo eksentrisitasnya tidak terlalu besar (kurang dari seperenam dimensi kolom), engineer struktur masih bisa terima.
Besar kecilnya eksentristitas tetap harus dicek, karena itu nanti menjadi tambahan momen pada kolom.
Rendy
says:Saya mau tanya nih bos, jika kolom praktis pada for con, tertulis 10×10 (4D10 2D10-150) itu menggunakan besi BJTS. Namun pihak kontraktor mau mengkonversi dengan menggunakan wermesh, jadi sebaiknya menggunakan wermesh ukuran brp?. Yang sebanding dengan diatas / sesuai dengan perencana itu.
Mohon di balas ke email saya ya,
Thank’
admin
says:wiremesh untuk tulangan kolom praktis? Gimana caranya ya? Apakah wiremeshnya dipotong-potong dulu? Yang jelas menggunakan wiremesh untuk tulangan kolom atau balok itu tidak lazim, walaupun itu hanya kolom praktis.
Pengalaman saya, malah untuk kolom praktis, kami berani hanya menggunakan 2 buah tulangan D10 dengan sengkang berbentuk S atau Z.
pak iksan
says:yg belum ngerti sampai saat ini adalah bagaimana cara mnghitung kbutuhan dia. sengkang??
soalnya kalau dpt tugas, cm maen feeling engineering nya aja..paling2 pakai besi Dia. 10 klo gk yg Dia.8..
bt Master2 disini, tlg bisikin ya trik/cara menghitungnya..
trims’ sblm e..
anthony
says:salam kenal pak,..saya mau tanya utk contoh penghitungan dalam artikel di atas kaitanny dengan tabel apa ya?? masih belum jelas saya T_T
pak iksan
says:tabel yg berkaitan dg artikel diatas biasanya tabel luas tulangan, diagram interaksi..
cmiiw
dewan
says:ada yang tau perhitungan Plat Bondek atau spandek
d3w4n_ebro@yahoo.co.id
jean
says:Boleh tanya, dimana tempat untuk mendapatkan serifikat untuk mengetahui berapa besar beban yang dapat diletakkan di atas lantai pabrik yang terbuat dari pelat beton berongga (HCS) ?
Terima kasih.
oky
says:ada artikel tentang kegagalan struktur ndak…..?trims
sebut saja "ade"
says:mantap gan!
lanjutkan!
Agus
says:Arikelnya bagus sekali dan sangat bermanfaat bagi saya yang ingin mendalami masalah teknik sipil…
gayung
says:Sebenarnya safety factor struktur Gedung itu berapa Ya? kalau Safety factor SNI=1,2D+1,6L apa tidak terlalu kecil. Karena lift penumpang yang dipasang gedung sesuai SNI safety factornya harus 5.
real
says:terimaksih buat infonya.
tri
says:bagus artikelnya………bisa kami pakai untuk perencanaan
bupka
says:ngobrol-ngobrol tentang teknik sipil, saya ada buku2 nya.
ga baru sih, tapi masih bagus.
saya ada web nya bupka.wordpress.com
yuliant
says:Bagi yang awam teknik sipil, bolehkah ditampilkan hitungan sederhana untuk kebutuhan struktur bangunan, misal untuk bangunan rumah tinggal 3 lantai, berapa kebutuhan kolomnya, untuk setiap luasan lantai berapakah kebutuhan kolom minimalnya trims
BIRU
says:ijin nyimak… artikel2nya bagus
miko
says:salam kenal………..
pak,saya mau nanya…!!
Pada perencanaan penampang dengan kekuatan batas / metode ulimate mengapa diperlukan faktor beban dan reduksi kekuatan??
makasih
admin
says:Wah.. ini pertanyaan susah.. mirip-mirip pertanyaan ujian atau tugas.. 🙂
Sepengetahuan kami, DULU, metode yang digunakan adalah metode angka keamanan tunggal, konsepnya adalah kekuatan penampang (tanpa direduksi) dibandingkan dengan penjumlahan semua beban (tanpa dikali faktor). Rasio ini tidak boleh kurang dari angka keamanan tertentu, misalnya 1.5. Kalau disimbolkan R adalah tahanan, D adalah beban hidup dan L adalah beban mati, maka syarat struktur yang kuat adalah R/(D+L) > SF (Safety Factor).
Tahanan struktur di atas adalah tahanan elastis.
Kenyataannya, baik struktur beton maupun baja punya daktilitas yang memungkinkan struktur tersebut mengembangkan tahanannya hingga kondisi batas keruntuhan.
Oleh karena itu beban-beban yang bekerja harus dikalikan suatu faktor beban (biasanya lebih besar atau sama dengan 1.0), sehingga tahanan struktur dapat mencapai kondisi batasnya. Dari statistik diperoleh bahwa beban hidul L mempunyai peluang yang lebih besar dari pada beban mati D dalam hal membuat struktur menjadi runtuh. Makanya dalam kombinasi antara D dan L saja, L mendapat faktor yang lebih besar. Kalo di SNI kombinasinya 1.2D + 1.6L.
Sementara itu lagi-lagi berdasarkan statistik, untuk peluang kegagalan yang masih bisa diterima, tahanan struktur itu sendiri harus direduksi. Simpelnya gini, kalau mau peluang kegagalan mendekati 0, maka tahanan struktur sebaiknya direduksi sebanyak-banyaknya. Tapi kan rugi kalau tahanan struktur direduksi terlalu banyak. Misalnya tahanan tariknya 10 ton, tapi demi mengejar peluang kegagalan nol, tahanannya direduksi setengahnya menjadi 5 ton. Alhasil, memang benar peluang kegagalannya akan mendekati nol, alias struktur itu hampir mustahil menemui kegagalan, karena dalam desain tahanannya hanya dibatasi hingga 5 ton.
Oleh karena itu, peluang kegagalan boleh dinaikkan asal masih dalam batas yang bisa diterima. Lagi-lagi ini ilmu statistik, saya sendiri tidak paham angka-angkanya. Jika peluang kegagalan dinaikkan, maka reduksi tahanan bisa lebih kecil. Kalo dibahasakan seperti ini, struktur yang tahanannya direduksi hingga mencapai 90% tahanan aslinya mempunyai peluang kegagalan yang lebih besar daripada jika reduksinya hingga 80%. Masuk akal.
Untuk kasus yang berbeda, reduksi tahanan ini juga nilainya berbeda. Misalnya untuk tarik, beda dengan tekan, dll.
Kami sendiri sebenarnya belum tau jawaban yang benarnya seperti apa, tapi jawaban di atas berdasarkan catatan kuliah dulu tentang metode ASD versus LRFD pada struktur baja.
cmiiw[]
Alfonsus
says:Pak, tolong tampilin perhitungan plat lantai jembatan dengan lebar plat 1.85 dan pjgnya 5.4375 dong…dengan menggunakan metoda M.Pigeaud…
saya masih bingung menggunakan metode itu…apalagi pada kombinasi2nya….
terima kasih sebelumnya…..
fery
says:pak, tolong tampilin artikel tentang gempa dong pak…makasih
arif
says:kalo bisa ada gambar penulangan betonya donk…..
biar kita2 yg pemula bisa lbh cpt mengerti
admin
says:@Ronaldy:
Betul sekali, faktor reduksinya sesuai dengan SNI baik untuk balok, kolom, maupun elemen struktur lainnya. Untuk analisis portal dengan menggunakan inersia utuh dengan inersia direduksi, hasil gaya-gaya dalamnya tentu berbeda. Dan yang digunakan untuk DESAIN dan cek lendutan adalah model yang momen inersianya DIREDUKSI, alias memperhitungkan beton yang sudah retak.
@Catur:
Yup.. berapa pun ukuran kolom, ketentuan jarak maksimal antar tulangan harus dipenuhi. Bagaimana dengan kolom 400mmx400mm? Tentu saja kita tidak bisa memasang 4 tulangan di setiap sudutnya, karena spasi antar tulangan bisa jadi lebih dari 150 mm. Solusinya?.. Yaa tinggal tambahkan saja tulangan di tengahnya, jadi masing-masing sisi ada 3 tulangan (total ada 8 tulangan), sehingga jarak bersih antar tulangan bisa dijaga agar tidak lebih dari 150 mm. Tinggal menghitung berapa diameter yang dibutuhkan.
catur
says:salam kenal Juragan..
artikel2y sangat bagus n berguna bagi saya…
o ya, mau tanya nie Gan?
pada point 5 di atas tertulis “Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm”.
brarti untuk kolom yang berukuran besar ( > 400 mm ),apakah harus mengikuti ketentuan tersebut?
tks.
Ronaldy
says:pak juragan mo tanya lagi nh, klo di SNI untuk balok inersia penampangnya di reduksi 0.35Ig dan kolom 0.7Ig ya, nah klo kita gunakan Ig pada analisa portal setelah direduksi akan menghasilkan pendistribusian momen yg berbeda dengan analisa portal dengan Ig utuh, nilai gaya dala mana yg sebaiknya di gunakan untuk mencari luas tulangan yg di butuh kan pada portal beton, dengan Ig yg direduki atau dngan Ig yg tidak direduksi, ataw reduksi Ig hanya untuk kontrol lendutan saja juragan? mohon penjelasannya, trimsss . . . . . . .
admin
says:Nu adalah beban aksial ultimate. Kadang ada yang menyimbolkan N*, Pu, P*, N_ult, P_ult, dll. Dalam ilustrasi di atas, Nu menunjukkan beban ultimate sebagai reaksi dari kolom di atas lantai yang sedang ditinjau.
Kholid
says:wah artikelnya sangat bermanfaat sekali.Nah mau tanya beban Nu itu beban apa ya…?
admin
says:ooo.. D itu sama saja dengan DL alias Dead Load, dan L itu biasa juga ditulis LL atau Live Load.
Amiboyz
says:kalo dibilang se,oga bermanfaat, wah sangat bermanfaat pak. hehe. walaupun saya juga masih semester 3 tapi sangat informatif nih pa dan semoga nanti pas responsi berton bertulang tidak terlalu kaget lah. ehhe. oia maav nih pa kalo saya ada pertanyaan yang
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
nah D dan L itu nilai apa ya pak?