Skip to content
Categories:

Dasar-Dasar Beton (4) Komposisi dan Pencampuran Beton

Post date:
Author:
Tags:
Number of comments: 109 comments

adukan beton

Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat dengan mudah dikerjakan dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.
Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat dalam kondisi plastis (belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat dan tahan lama.
Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton tersebut akan berdiri, misalnya di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat, atau kondisi cuaca yang ekstrim.

PROPORSIONAL
Reminder: Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat aditif.

Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.

SEMEN
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan meningkat. Semen (bersama dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat agregat mulai dari yang paling besar (kasar) sampai yang paling halus.

AIR
Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup digunakan untuk melarutkan semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif, dan mudah dikerjakan (workable).

RASIO AIR-SEMEN
Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin besar, kekuatan dan daya tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu, rasio air-semen ini dibatasi maksimal 0.40-0.50 tergantung sifat korosif atau kadar sulfat yang ada di lingkungan tersebut.

grafik

AGREGAT
agregat halus kebanyakan
Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat “sticky“, encer, “lunak”, seperti tidak punya kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan akan cenderung “kosong” alias tidak ada agregat.

agregat kasar kebanyakan
Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu, kelihatan getas (rapuh). Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.

PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga sement, air, agregat, dan zat tambahan bisa tersebar merata di dalam adukan.

Beton biasanya dicampur dengan menggunakan mesin. Ada yang dicampur di lapangan (site) ada juga yang sudah dicampur sebelum dibawa ke lapangan, atau istilahnya ready-mix.

Untuk beton ready-mix, takarannya sudah diukur di batch plant, kemudian dicampur dan dimasukkan ke dalam truk. Selama perjalanan drum beton tersebut terus diputar agar beton tidak mengalami setting di dalam drum. Kan aneh kalau misalnya kena macet trus betonnya sudah mengeras di dalam drum. Kadang, di dalam perjalanan, bisa jadi karena lama di jalan, cuaca panas, atau kelamaan diputar, temperatur di dalam drum meningkat sehingga air menguap. Kondisi ini kadang “diakali” dengan memasukkan bongkahan es balok yang besar ke dalam drum, sehingga kadar air bisa tetap dipertahankan. Hmm.. kalo ditambah sedotan, drum truk itu bisa kita beri label “Jus Beton Segar”.. 😀

Sementara beton yang dicampur dilapangan biasanya menggunakan mesin yang dinamakan MOLEN (mirip-mirip nama sejenis gorengan pisang). Sewaktu mencampur di lapangan, agregat terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tong (molen), kemudian diikuti oleh pasir dan terakhir semen. Semuanya dalam takaran tertentu sesuai dengan mutu beton yang diinginkan.
molen beton

Ada kata pepatah: Jangan menggunakan sekop untuk menakar adukan beton untuk molen! (Padahal ini yang sering dilakukan) 😀
Ukuran takaran biasanya dinyatakan dalam satuan berat, sementara sekop tidak bisa mengukur berat. Jangan sampai rasio adukan 1:2:3 diartikan sebagai 1 sekop semen, 2 sekop pasir dan 3 sekop kerikil (agregat). Tentu saja hasil (mutu) yang diperoleh akan berbeda. Kecuali kalau ada sekop canggih yang bisa sekaligus mengukur berat muatannya. 🙂 (hmm..)

pencampuran beton

Ketika semua bahan (kecuali air) sudah masuk, moleh diputar sehingga semua bahan tercampur. Katanya sih, kalau sudah tidak ada pasir yang terlihat secara kasat mata, berarti adukannya itu sudah merata. Saat itulah dilakukan penambahan air sedikit demi sedikit.

Molen punya kapasitas (volume). Mencampur terlalu penuh juga tidak efektif karena proses pencampurannya akan memakan waktu yang lebih lama. Sebaiknya molen diisi secukupnya dulu, kemudian jika sudah jadi, seluruh isi molen dituang ke wadah sementara sebelum diangkut atau dicor ke bekisting. Sewaktu adukan beton diangkut (dicor), molen bisa bekerja lagi untuk membuat adukan berikutnya. Begitu adukan pertama sudah dituang semua, molen pun sudah selesai membuat adukan kedua, jadi tidak ada delay ketika molen bekerja.

Nah, untuk skala yang sangat kecil, beton boleh dicampur dengan menggunakan sekop. Harus dilakukan di tempat yang datar dan bersih (maksudnya bebas dari ranting, daun, sampah, dan material pengganggu lainnya). Kerikil, pasir, dan semen diaduk/dicampur dulu, kemudian dibuat seperti gundukan, dan di puncaknya digali dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika adukan dicampur di wadah yang sisi-sisinya tertutup sehingga air bisa dibendung, nggak usah repot-repot bikin gundukan, langsung saja tuang air ke wadah tersebut. 🙂

Sebagai penutup, kami akan berikan tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.

Mutu BetonSemen (kg)Pasir (kg)Kerikil (kg)Air (liter)w/c ratio
7.4 MPa (K 100)2478699992150.87
9.8 MPa (K 125)27682810122150.78
12.2 MPa (K 150)29979910172150.72
14.5 MPa (K 175)32676010292150.66
16.9 MPa (K 200)35273110312150.61
19.3 MPa (K 225)37169810472150.58
21.7 MPa (K 250)38469210392150.56
24.0 MPa (K 275)40668410262150.53
26.4 MPa (K 300)41368110212150.52
28.8 MPa (K 325)43967010062150.49
31.2 MPa (K 350)44866710002150.48

Referensi tabel :
SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept Pekerjaan Umum.

Semoga Bermanfaat.
…bersambung..[]

Comments

  • Dear Dunia Teknik Sipil,

    Mohon ijin tanya..
    Klo pasir kuarsa bisa jadi bahan beton???
    Spesifikasinya seperti apa?
    Klo ada referensi buku atau sumbernya ya.

    Terima kasih

  • mau tanya min misalkan sdh ada perhitungan mix design,
    kalau pakai perbandingan tiap kali mencampur 1 sak semen. bgmn dengan perbandingan pasir dan kerikilnya?

    • Secara teori, bisa langsung. Pasti semennya sudah memperhitungkan ketahanan sulfat kan?
      Apalagi kalo pake zat aditif.

      Jadi, kalo pertimbangannya karena sifat kimia air laut, bisa kapan aja. Yang penting memang betonnya (terutama semen dan aditifnya) sudah direncanakan untuk lingkungan air lat.

      Tapi kalo pertimbangannya kekuatan (mutu beton), mungkin tinggal ngecek pas pengangkatan/pemindahannya aja. Jangan sampai mutu betonnya belum cukup, trus main angkat aja, trus betonnya pecah.

    • Harus tahu dulu BJ (berat jenis) semen, pasir, kerikilnya. Setelah itu dirubah format mix design nya ke rasio volume dgn cara tiap-tiap rasio dibagi dgn BJ nya masing-masing. Kemudian tiap rasio tadi dibagi lagi dgn rasio semennya.

    • 1 m3 pasir = 1400 – 1600 kg (tergantung kepadatannya)
      1 m3 split = mulai dari 1600 – 1800 kg (juga tergantung kepadatannya)

  • Untuk (K 250)

    S:P:K:A = 384:692:1039:215

    dibagi dengan S=384 diperoleh

    S:P:K:A = 1.0:1.80:2.71:0.56

    Sediakan Kayu dengan ukuran 9+9+9+10=37x zsatuan

    |K|—-9—-|P|—-9—-|B|—–9{x}–|O|—-10—-|A|

    bila zsatuan=5 cm maka panjang totalnya adalah 37x5cm= 185 cm

    Titik O sebagai titik tumpu.

    |K|—-9—-|P|—-9—-|B|—–9{x}–|O|—-10—-|A|
    / \
    ———-

    Untuk menimbang kebutuhan :

    Pasir :
    Letakan Semen pada titik P (berjarak 18 zsatuan terhadap titik tumpu O)
    dan Letakan Pasir pada titik A (berjarak 10 zsatuan terhadap titik tumpu O)
    Tambahkan Pasir sehingga batang seimbang.

    Kerikil :
    Letakan Semen pada titik K (berjarak 27 zsatuan terhadap titik tumpu O)
    dan Letakan Kerikil pada titik A (berjarak 10 zsatuan terhadap titik tumpu O)
    Tambahkan Kerikil sehingga batang seimbang

    Air :
    Letakan Semen pada titik x (berjarak 5.6 zsatuan terhadap titik tumpu O)
    dan Letakan Air pada titik A (berjarak 10 zsatuan terhadap titik tumpu O)
    Tambahkan Air sehingga batang seimbang

    Any Comment?

  • ap ad perbedaan jenis material pk. untu mix desian K225 dengan Fc 18 yg bisa dibilang setara untuk ready mix

  • saya mau bertanya pak..
    kalo kapasits 160 kg/jam..?
    brapa takaran semen, pasir, air dan kerikil nya pak..?

  • Terima kasih sudah berbagi ilmu mengenai komposisi campuran aggregate, sand, cement, water dengan compressibility factor tertentu, pada saya yang awam mengenai ilmu sipil ini

  • says:

    Aslmkm wr.wb
    kami sedang merencanakan pengembangan mesjid uku 9 x 9 M’ dengan jarak tiang kolom 3 M’ besar tiang kolom 40×40 cm, yang kami tanyakan apakah perlu ada tiang tengah untuk penyangga balok dengan bentang 9 M’ itu, balok yang kami rencanakan uk 25×40 cm apakah memungkinkan dengan rencana tersebut, tyerima kasih atas bantuannya

  • thanks bgt, sbagai pengalaman secara tidak langsung yg bermanfaat, terutama masalah campuran 1:2:3, byk terjadi salah persepsi, apakah ukuran volume, berat or 1sak semen: 2 gerobak pasir : 3 gerobak kerikil, kalo dengan berat jadi lebih gampang penakarannya..

    • saya rasa lebih mudah menggunakan kilogram, karena konversi ke satuan volum harus tau dulu massa jenis material yang akan di konversi

  • says:

    ijinkan saya bertanya mengenai rasio tulangan standart (berapa kilogram/m3 beton) pada beton mutu K225 (struktural). dan mohon bisa diberikan referensinya

  • Aslmkm wr.wb
    Kami sedang membangun Masjid 2 lantai ukuran 20x25m diatas tanah bekas sawah.
    Saat penggalian tanah untuk pondasi ternyata tanah keras baru kami temukan dikedalaman 2 meter.
    Lubang galian penuh air, pertanyaan saya: Pondasi jenis apa yang harus kami pergunakan? Mohon bantuannya. Terima kasih. Jazzakallah khairan katsiron.

    • Saya mau coba beri pendapat.
      Kalau airnya bisa dibuang, dibuang saja trus gunakan pondasi biasa (footplate). kalau air terus merembes, maka sebaiknya gunakan pondasi yg sudah di cetak di atas, misal (tiang pancang, sumuran dll).

  • 7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
    9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
    12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
    14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
    16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
    19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
    21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
    24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
    26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
    28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
    31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48

    mohon infox,,,untuk tabel diatas mohon penjelasanx. apa yg dimaksud 312MPa(k350)448 667 1000 215 0.48.mohon penjelasnx MPa&(k….)

    • Mpa satuan gaya di bagi luas (ini untuk kuat tekan beton) cuma satuannya masih Mpa, kalau ditulis mutu beton K artinya kuat tekan beton .. kg/cm2 — tergantung benda uji

  • saya mau tanya, klau mntukan perbandingan dengan berat brti harus ditimbang dulu tiap2 agregatnya.
    contoh pek. pasangan btu kali dg perbandingan 1:4 artinya 1 pc 4 ps. 1zak pc 40kg brti kan psr hrus 4x 40kg. nah bagaimana mntukan ukuran takaran utk pasir agar 40kg alias mntukan ukuran wadah takarannya.?? klau sy mengukur volume zak pc blm tentu 40kg jg utk pasir. itu yg sy tanyakan apabila ad ukuran wadah (dolak) yg sudah biasa digunkan mohon di infokan. terima kasih.

  • mau tanya…

    Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
    7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
    9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
    12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
    14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
    16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
    19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
    21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
    24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
    26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
    28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
    31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48

    tabel diatas untuk berapa m3??
    klo per m3 komposisinya gimana??
    trima kasih…

  • saya akan membangun rumah yang di”gawir” dimana tanahnya dibawah jalan, sehingga saya akan membuat garasi untuk 2 mobil diatas dak sejajar dengan jalan. Mohon bantuan ukuran beton dan campurannya untuk menahan beban 2 kendaraan tersebut. terima kasih.

  • Saya ada suatu pekerjaan bronjong untuk konstruksi jembatan. Bronjong ini berfungsi untuk menahan tanah bergeser ke lokasi abutmen jembatan. Tanah disekitar lokasi abutmen setinggi 9 meter. Saya mohon info tentang berapa ketinggian bronjong yang diperlukan untuk menahan pergeseran tanah terhadap abutmen???

  • pa saya mau tanya untuk kuat tekan beton kubus ada toleransi kegagalannya tidak?
    misalkan k-300 minimum pencapaianya brp?
    berapakah persenkah toleransinya kegagalannya?
    saya minta reverensinya,merujuk ke peraturan apa?
    thanks.

  • Maaf Pa, Saya mau tanya..
    Koefisien harga satuan pekerja untuk mutu beton K-450 itu berapa, ya??
    soalnya Saya sudah nyari di SNI, tetapi tidak ada..
    Terima kasih..

  • bisa kasih penelitian mengenai perbandingan antara PCC (Portland Composite Cement) dan OPC ( Original Portland Cement) ??

  • says:

    Thx sob informasinya,
    sekalian minta saran nih buat sobat2 yang berkecimpung di dunia sipil,
    1. aku lg ada rencana nih, lagi mau nyampurin Sludge hasil pembuangan pengeboran, kira2 bisa gak ya dimanfaatin dalam bentuk bahan bangunan (ex. beton, bata, batako, conblock atau yang lain), sludge ini gak berupa butiran2 lho, nah, yang aku bingungin pasti kan ada bahan tambah yang akan dicampur, nah , bahan apa ya yang cocok?
    2. tolong informasinya donk gan , apa ya nama alat yang digunakan untuk nge_cek kualitas beton ( tebal, campuran, muat tekan ) tapi yang bisa ditenteng-tenteng gituu,,krn kan ribet banget kalo mau nongkrongin orang pas lagi ngecor,, ^_^

    tolong ya gaan,,

  • lam kenal…aq mo tanya ne…klo mutu beton k 100,K 125,K 150,K 175,K 200,,K 225,K 250,K 275,K 300,K 325,K 35…. itu berapa campuran SEMEN : KERIKIL : PASIR – nya….so ntar misalnya mutu beton k 100 seharus nya Camp 1 : 3 : 5 truzzz dilapangan 1 : 3 6….thank ya atas info nya

  • Salam sipil gan , saya msih buta di tehnik sipil karena saya bgrndnya hanya sma..tp mw terjun kesipil,,minta tlg dibuatin perhitungan campuran beton menurut ukuran dolak dong…( mis : beton k225 : semen 1, pasir 2. batu 3,,,minta tlg dibuatkan tabelnya gan.
    Trus bagaimana cara menhitung jumlah material y saya butuhkan untuk mengerjakan satu pekerjaan dengan kubikasi beton jadi yang sudah ditentukan ( mis : saya akan melaksanakan pekerjaan dengan volume beton jadi 80 m3 /mutu beton K175, nah bagaimana cara cepat menghitung berapa jumlah pasir,semen dan batu yang akan saya order ) Makasi sebelumnya gan

  • saya membutuhkan tabel komposisi untuk mutu beton K 350 hingga K 475. Apakah anda bisa membantu saya? Terima kasih

  • tempat saya menggunakan batching plant manual dengan truck mixer sebagai pencampurnya,,,mohon bantuan urutan material yang harus dimasukkan ke mixer apa saja dan bagaimana komposisinya?terima kasih

  • mohon bantuan, murah mana ngecor lantai bila pakai bekisting atau bondeck?mengingat skrng penggunaan bondeck semakin banyak krn selain waktu kerja nya cepat jg lbh murah…betulkah demikian? terimaksh atas respon dan bantuan nya…

    • kalo dilihat dari harga material, bondek (metal deck) lebih mahal. Tapi kalau dilihat secara keseluruhan, bisa lebih murah. Cocok untuk konstruksi rangka baja, kurang efektif untuk struktur (kolom) beton, karena kita harus menunggu pengecoran kolom dulu sebelum memasang metal deck.

      cmiiw

  • says:

    Mhn info koefisien hasil tes cylinder beton dan kubus beton untuk 3,7,14,21,28 hari, trim

  • untuk pak Putu..
    untuk konfersi dari nilai f’c 31,5MPa (benda uji silinder- SNI) ke K-350 kg/cm2(benda uji kubus PBI 71) itu berdasarkan luas..
    intinya untuk f’c (benda uji silinder) yang ingin di ubah ke K (benda uji kubus) di bagi dengan 0,83 (perbandingan luas silinder – kubus)

    untuk pak didi
    saya ada beberapa gambar beserta perhitungannya jika ingin bisa saya e-mail kan..

    website yang bermanfaat.terimakasih

  • Adakah pak gambar jembatan dari kayu sederhana yang cocok untuk desa-desa di pedalaman kalimantan pak ?? Trimakasih sebelumnya..

  • @randy, kalau kita baca dasar perhitungan SNI, di situ sudah dimasukkan faktor wastage, jadi angka tersebut sudah memperhitungkan buangan.
    Yang kedua, khusus untuk batu belah dan pasir, angka dari SNI adalah volume dalam keadaan loose (belum dipadatkan). Sementara sewaktu mencetak beton kita melakukan pemadatan.

    @Putu Sukma,
    Mutu MPa dan K menunjukkan satuan mutu beton. Peraturan lama menggunakan mutu K, sementara peraturan baru sudah mengguakan f’c (MPa), walaupun demikian,mutu K masih banyak dipakai di lapangan.

    @edgard,
    sheet pile concrete setingi 7 m, berarti harus precast ya? Saya jujur belum pernah “berhadapan” dengan sheet pile concrete, tapi untuk referensi anda bisa merujuk ke vendor precast yang ada di Indonesia ini.

  • salam kenal, saya alumni teknik sipil. Didaerah pantai perlu desain sheet pile concrete tinggi 7 m, masalahnya harus buat ditempat dengan desain standard dan rekayasa alat hammernya. Apakah punya referensinya ? terima kasih.. juragan.

  • Pak, mohon di uraikan. Pertanyaan saya :
    1m3 pas. batu belah dgn analisa SNI :
    1,1m3 batu belah
    163 Kg semen
    0,5 m3 pasir.
    saya menghitung dgn SNI tersebut ditolak Konsultan Proyek yang kami kerjakan. dia menganggap SNI salah, karena secara logika 1m3 batu belah saja sudah memenuhi volume 1m3. bgm bisa ditambah semen dan pasir???
    mohon penjelasan pak. trimas.

  • Untuk Pak Rudi beton setelah umur 28 hari masih ada peningkatan tapi sangat kecil, bahkan kalo kita memakai bahan tambahan seperti Fly Ash atau silicafum maka akan ada peningkatan mutu setelah 28 hari bahkan menurut penelitian sampai bisa pada umur 56 hari.

  • mohon ma’af koreksi untuk mas victor, karena yang ditanyakan mas Debi adalah K sedangkan sample yang dipakai adalah silinder 15×30 maka ada koreksi yaitu dibagi dengan koreksi silinder ke kubus yaitu 0.83 juga perlu diingat tes samplenya dilakukan pada umur berapa karena ada faktor korelasi umur tes ke umur 28 hari.
    jadi untuk perhitungan mas victor perlu ditambahi sehingga menjadi :
    = 169,85 / 0.83
    = 204.64 kg/cm²
    jadi bisa dikatakan beton tersebut memilki kuat tekan 204,64 kg/cm² pada umur pengetesan tersebut.

  • @Debiyarto: dengan hasil kuat 300 KN berarti sama dengan 300000 N = 30000 kg. Lalu angka tersebut dibagi dengan luas penampang silinder benda uji. Sehingga didapatkan sebagai berikut :

    mutu beton = nilai kuat uji / luas penampang benda uji
    = 30000 kg / ( 3,14×7,5cmx7,5cm )
    = 169,85 kg/cm^2

    Jadi beton tersebut memilki kekuatan 169,85 kg per cm kuadrat.

  • Saya seorang arsitek, awam mengenai sifat dari beton.. ingin menanyakan kekuatan beton setelah lebih dari 28 hari, apakah akan terus meningkat atau tetap?
    contoh:
    K250 setelah 28 hari akan memiliki kekuatan tekan min. 250 kg/cm2, bagaimana dengan kekuatan beton dengan bertambahnya umur beton? akankah terus bertambah kuat atau tidak?
    trims

    Rudy

    • @Rudy, terima kasih atas kunjungannya. Kekuatan beton tidak akan bertambah setelah 28 hari, beton mencapai kekuatan maksimumnya setelah 28 hari. Justru untuk kasus balok beton dan pelat lantai beton, ada satu karakteristik beton yang tidak ditemui pada material lainnya yaitu RANGKAK (creep). Mohon maaf karena kami agak kurang memahami konsep dari rangkak ini, tapi yang jelas ciri yang paling menonjol dari sifat rangkak adalah, BERTAMBAHNYA LENDUTAN seiring dengan waktu tanpa mengurangi kekuatan beton. Makanya untuk beton dikenal istilah lendutan seketika (yang terjadi pada saat struktur diberi beban), dan lendutan jangka panjang (terjadi setelah jangka waktu tertentu). Saya agak lupa berapa jangka waktu maksimalnya, kalo tidak salah sekitar 5 tahun (ada di SNI Beton). Artinya setelah 5 tahun, penambahan lendutan tidak terjadi lagi.
      Sekali lagi ada catatan bahwa mutu beton tidak berkurang sama sekali.

      cmiiw

  • says:

    Terima kasih semoga ini semua bisa membantu saya kelak.
    saya kuliahnya di UJB Jogja.mungkin ada rumus”yang lebih menunjang maklum mahasiswa baru.

  • says:

    Kalo benda uji silinder 15×30 cm dilakukan test kuat tekan dengan angka hasil 300 KN.
    Maka beton ini memiliki nilai K berapa yaa??
    Mohon bantuan untuk melampirkan rumus/cara menghitungnya.

    Terima kasih atas bantuannya.
    Salam hormat.
    Debiyarto

  • Kren bngat…bru x ini sya bca artikel beton yg memunclulkan si2 humoris dlm mengupas mslh beton.jd kesanxa ngak bkin boring.kembangkan.

  • bobot isi pasir 1400kg/m3, bobot isi kerikil 1350 kg/m3. (sumber: ICS 91.010.20 badan standardisasi nasiaonal, BSN)

  • says:

    mas victor bisa aja. coba kasih aku alamat web-nya.
    kita pelajari bareng karakteristik betonnya …
    hehe… thx ya

  • @yahur akhmadi: waduh coba aja nh mas yanur browsing2,,banyak koq beton dengan kuat tekan sampai 100MPa. Bahkan klo di luar beton dengan fc’ 60 MPa,,merupakan hal yang biasa. hehehehehe…….

  • says:

    @Victor : ak baru dengar ada beton 100 MPa = K 1128. kayaknya belum adayang bisa bikin beton kekuatannya segitu deh. Kalo bang victor bisa kasih tahu aku ya caranya …
    hehehe…..

  • tanya dong,,
    bisa berikan komposisi beton untuk kuat tekan 100 MPA gak,,
    dengan bahan2 tambahan SF,SP,fly ash. kalo semakin kecil angka w/c atau mendekati nol,,apakah bisa semen akan bereaksi sempurna? angka rasio air semen yang bagus untuk beton mutu tinggi dikisaran berapa yah.

  • @gema, tabel di atas adalah untuk kebutuhan 1 m3 beton.
    Jadi, untuk 20 m3, tinggal dikalikan saaja masing-masing materialnya.
    Kemudian kalau buth konversi, bisa digunakan pengali di bawah:
    Untuk semen konversi kg ke zak, dibagi 50. Contoh 1000 kg semen kira-kira sama dengan 20 zak semen.
    Untuk pasir, konversi dari kg ke m3 (kubik), bisa dibagi dengan 1200 atau 1300. Contoh, 6000 kg pasir kira-kira sama dengan 5 kijang pasir. 1 kijang sama dengan 1 kubik (m3) bukan? 😀
    Untuk kerikil, bisa dibagi dengan 1400-1500.

    Angka di atas hanya angka perkiraan kami. Kami belum mencari di literatur berapa sebenarnya berat volume pasir dan kerikil dalam kondisi loose dan normal. Mudah-mudahan angkanya tidak jauh dari angka di atas[]

  • kalo obyeknya plat lantai ukuran 5×6 m besi d8 SNI-150mm rangkap dengan beton k225, bisa di hitung daya tahan beban hidup+matinya?
    thanks

    • wah.. pertanyaan sulit yang nggak bisa dijawab.. 🙂
      Yang menentukan bukan hanya mutu betonnya, tapi banyak pak.
      Kalo obyeknya adalah pelat lantai, selain mutu beton, hal yang berpengaruh antara lain, panjang bentang (jarak antar balok), tebal pelat lantai, mutu dan ukuran besi yang digunakan, dan bagaimana layout struktur itu sendiri.

      Kalau obyeknya balok, nggak jauh beda sama pelat, yang ngaruh adalah ukuran balok, mutu dan ukuran tulangan, panjang balok, dan bagaimana kondisi tumpuan balok.

      Jadi, dari mutu beton saja kita tidak bisa menentukan kapasitas. Kalau saya punya dua balok, balok A mutunya k-255, ukurannya 20×40 cm, pake besi polos sedikit (baca: ngirit). Trus ada balok B mutunya k-100, ukurannya 50×100 cm, pake besi ulir, rapat-rapat lagi, saya mungkin bisa bilang beton yangk-100 lebih kuat daripada yang k-255 🙂
      Tentu harus dibuktikan dengan perhitungan.[]

  • asalam..
    minta tolong donk.sy lg kesulitan download SNI 03-2834-2000.ada saran gk?di BSNi file nya blum tersedia.klo ada bisa dikirim ke email saya.trimakasih.
    salam

  • @Pak Ilyas Habibi,
    bulan maret kemarin memang kami agak-agak sulit mengatur waktu sampai-sampai website ini sempat terbengkalai. 🙂
    Draft materi sebenarnya sudah lumayan banyak, cuma kebanyakan belum siap publish, entar karena memang belum selesai atau gambar ilustrasi yang belum siap.

    Saya usahakan tulisan-tulisan di sini original semua, bukan copas maupun terjemahan bebas dari artikel manapun, itu juga terbatas oleh kemampuan kami, jadi mohon maklum kalau belum bisa menyajikan artikel-artikel yang lebih berat, soalnya kami juga masih banyak belajar. 🙂

    Untuk masalah kawat las dkk, itu adalah sesuatu yang sedikit di luar pengalaman kami. Kami sangat sedikit bahkan bisa dibilang NIHIL pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan. Kalau sekedar menghitung kekuatan las, selain di bangku kuliah, ada juga beberapa pengalaman pengecekan kekuatan las, tapi itupun tidak sampai menggali sampai konsep-konsepnya. Kami hanya menggunakan metode praktis, dengan cara lihat tabel misalnya.. 🙂

  • says:

    Dear Mr. Juragan.

    Dalam kaitannya mengisi kevakuman artikel di bulan maret, saya sarankan untuk mengisinya dengan Standard dan tata cara pengelasan, jenis-jenis kawat las, analisa kekuatan dll.

    Trims,

  • hahaha
    oke2.. hahaha
    jadi ada gk bahan yang ramah lingkungan dalam pencampuran beton selain fly ash?

    • Sebenarnya “keramahan-lingkungan” beton itu sepengetahuan kami bukan pada produksi betonnya, tapi pada produksi semennya. Maksudnya gini, sewaktu semen dibuat (diproduksi), gas buangan C02 yang dihasilkan memang besar.
      Tapi waktu semen dicampur menjadi beton, reaksi kimia semen dan air sebenarnya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan.

      Jadi, secara tidak langsung, menggunakan fly ash berarti mengurangi penggunaan semen. Mengurangi semen artinya, menahan produksi semen yang berlebihan. Inti “go green”nya sih ada di produksi semen, bukan di pemanfaatan seman.

      Seandainya isu lingkungannya ada di pemanfaatan semen, saya rasa orang juga akan pake fly ash untuk campuran adukan plester dinding, screed lantai, atau lantai kerja. 🙂

      ISeng-iseng ketik “beton ramah lingkungan” di google, ada salah satu artikel yang mengatakan bahwa beton dapat menyelamatkan lingkungan, karena beton punya kemampuan untuk MENYIMPAN gas CO2. Wallahu a’lam entah bagaimana caranya, tapi saya belum sempat menelusuri lebih jauh tentang beton ini.

      cmiiw[]

  • pak… maaf saya mau tanya
    kalau dalam pencampuran beton memakai gula pasir atau tepung apakah ada efek nya nanti ke depan?

    dan apakah beton jadi kuat dari campuran gula pasir atau tepung itu?

    dan jika ingin campuran tersebut dalam beton, berapak komposisinya?

    mohon di jawab pak….
    terima kasih…..

    • @ferry,
      kalau gula pasir atau tepung terigunya cuma 1 sendok makan, saya rasa nggak apa-apa..:)

      Sepertinya belum ada yang membuat penelitian tentang pengaruh gula pasir dan tepung terhadap kekuatan beton. Tapi, secara logika bisa dilihat dari sifat bahan tersebut. Gula pasir larut di dalam air, dan larutan gula pasir tidak reaktif terhadap besi (mohon dikoreksi), jadi penambahan gula pasir tidak memberikan pengaruh apa-apa. Kecuali kalau gula pasirnya tidak larut, masih berbentuk butiran, tentu akan mengurangi kekuatan beton. Sementara tepung? Tepung bersifat mengikat air membentuk emulsi berupa gel atau pasta. Nah, tepung ini akan berbagi air dengan semen, sehingga bisa saja ada semen yang tidak tercampur dengan air. Okelah, kita tambahkan lebih banyak air biar semua semen bisa membentuk pasta. Masalah lain adalah ketika pasta semen ingin mengikat antara butiran pasir dan kerikil, si pasta tepung juga ikut di situ, sementara tepung tidak punya kekuatan sebagai pengikat.

      Mungkin karena alasan itu orang-orang berpikir nggak ada gunanya mencampur gula pasir atau tepung ke dalam beton. Lagipula mubazir… Mending gula pasirnya dicampur ama kopi dan air… tepungnya dicampur pisang lalu digoreng.. 😀

      (pertanyaan aneh, jawabannya juga ikutan aneh.. hehe)

  • catatan:
    re: last comment,
    untuk angka 1600 kg/m3 dan 1850 kg/m3 di atas, di peraturan pembebanan tidak ada informasi apakah itu dalam kondisi loose atau compact. Tapi kalau dipikir-pikir berat jenis segitu agaknya susah masuk di akal jika kondisinya loose. Jadi, mungkin itu adalah untuk kondisi padat.

    Untuk kondisi loose-nya, bisa diambil angka yang lebih rendah.

    cmiiw[]

  • @Pak Ilyas,

    Terima kasih informasinya pak.
    Sebenarnya kita bisa memperkirakan dengan takaran seperti yang bapak ceritakan, berapa mutu beton yang bisa diperoleh.

    Pertama-tama, kita hitung volume wadah 60x50x20 cm tersebut. Volumenya adalah 0.06 m3.

    Kemudian kita cari informasi tentang berat volume pasir dan kerikil dalam kondisi curah, loose, atau tidak dipadatkan. Benda curah (seperti pasir, kerikil, tepung, gula pasir, dsj) berat jenisnya ada dua, ada kondisi loose ada kondisi padat (saya lupa istilahnya apa, compact kalau tidak salah). KOndisi loose adalah benda dicurah (dituang) ke wadah tanpa dipadatkan, entah itu dengan cara digoyang, digetarkan, ditusuk-tusuk dengan batang. Yang sering bekerja di dapur menuang gula pasir ke wadah biasanya paham hal ini. Kadang jika sudah penuh, wadah itu digoyang-goyang lagi biar gula pasirnya menjadi padat sehingga masih bisa diisi lagi oleh gula pasir.

    Nah, untuk pasir, dari referensi (Peraturan Pembebanan) berat volumenya bisa diambil sekitar 1600 kg/m3, sementara kerikil sekitar 1850 kg/m3. Tinggal dihitung.

    1 zak semen = 50 kg
    2 takar box pasir = 2 x 0.06 x 1600 = 192 kg
    3 takar box kerikil = 3 x 0.06 x 1850 = 333 kg.

    Atau jika disederhanakan, perbandingannya menjadi
    1 : 3.84 : 6.66

    Kita bandingkan dengan perbandingan campuran beton mutu K-100 di atas:
    247 : 869 : 999
    kira-kira sama dengan
    1 : 3.52 : 4.04

    Sementara untuk beton mutu K-350, rasionya adalah
    448 : 667 : 1000
    atau sama dengan
    1 : 1.49 : 2.23

    Semakin sedikit rasio pasir dan kerikilnya, semakin besar mutu beton yang dihasilkan. Untuk komposisi 1 : 3.84 : 6.66, komposisi pasir dan kerikilnya lebih banyak daripada beton mutu K-100, jadi bisa diperkirakan bahwa mutu yang dihasilkan lebih kecil daripada K-100 (!!)
    Wow..!

    Solusi:
    Sebaiknya berat jenis aktual (sebenarnya) untuk pasir dan kerikil di atas dihitung lebih teliti lagi. Bisa dengan cara menggunakan wadah literan (yang biasa dipake penjual beras) dan timbangan sederhana (timbangan telur/beras). Atau dengan prinsip fisika sederhana dengan cara membandingkan berat pasir/kerikil terhadap berat air dengan volume yang sama (misalnya 1 liter). Bisa dilihat dari ilustrasi di bawah:

    timbangan

    Peralatan dari eksperimen sederhana di atas tentu tidak sulit diperoleh di lapangan. Yang jelas ada syaratnya, kedua wadah volumenya harus sama, sehingga air dan pasir/kerikil mempunyai volume yang sama, dan batang neraca (kayu / besi) tidak melendut secara berlebihan.

    Nah, jika kondisi setimbang di atas sudah tercapai, dengan mudah kita bisa tentukan bahwa berat volume (massa jenis) pasir/kerikil yang diukur adalah sama dengan BJ_air x (L1/L2).

    Panjang L1 dan L2 bisa diukur pake meteran bukan? Sementara BJ_air sudah banyak yang hapal tentunya, yaitu sama dengan 1 kg/liter atau 1 ton/m3 atau 1000 kg/m3 atau 1 g/cm3.

    Tinggal ambil 3 sampel percobaan, dan rata-ratakan hasilnya, ketemu deh berat jenis pasir/kerikil. Jadi menakar berat pasir menggunakan takaran box tadi sudah tidak masalah lagi.

    Semoga bisa membantu. Mohon maaf jika ada kekeliruan (cmiiw)[]

  • says:

    Proses pengadukan dan penuangan cor segar memang harus diperhatikan dengan seksama karena hal tersebut berpengaruh pada hasil kekuatan struktur.
    pada bulan kemarin, kami menyaksikan pengecoran di lapangan. dengan proses pencampuran menggunakan boks takaran (bukan sekrop). ukuran 60x50x20. bila diinginkan campuran 1:2:3 maka mereka mencampur 1 sak semen dengan 2 takar boks pasir dan 3 takar boks kerikil. bagaimana menurut Bang Juragan tentang hal tersebut? lebih mendekati mana penakaran dengan boks, penakaran menggunakan sekrop, bila kondisi di lapangan kita kesulitan untuk menimbang campuran? atau boleh di tampilkan (oleh bang Juragan) perbandingan berat jenis material campuran concrete. nantinya kan bisa dikalikan dengan volume dan hal itu lebih mudah untuk pengerjaan lapangannya.

  • says:

    Memang tidak semua orang tahu kalau campuran beton itu diukur dengan berat, tapi ada suatu hal yang perlu saya sampaikan selama ini orang tahu kalau campuran beton itu semen 1 , pasir 2 , krikil 3 dan volume air suka2 saja selera masing2 , dan ada anggapan lebih banyak air lebih kuat nantinya.
    Kalau kita cor beton dengan fondasi yang penuh dengan air karena memang daerah penuh air, tetapi kita tetap kita cor sehingga air genangan yang naik dan adukon cor mengendap, apakah dapat dipertanggung jawabkan hasil cor tersebut, secara kasat mata hasil cor tersebut keras meskipun dalam genangan air. Malah lebih kuat anggapannya/katanya, mana yang betul……..?
    Mohon dapat dikomentari bagi mereka yang faham tentang hal tersebut..
    Terima kasih.

    • @Pak DjokoHeru,

      Terima kasih komentarnya, pak.

      Kita biasa mendengar istilah engineered building dan non-engineered building. Engineered building adalah bangunan yang didesain dan dibangun dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang berlaku dalam aspek engineering, misalnya untuk tiap bukaan pintu dan jendela harus ada pengaku (stiffner) di tepi bukaan bisa berupa kolom beton praktis dan balok lintel (saya lupa istilah lapangannya apa), di bagian atas dinding bata harus ada balok ring, begitu pula di bagian pondasi harus ada sloof atau tie beam (balok pengikat). Semua komponen tersebut tentu ada fungsinya, dan masih banyak aspoek-aspek lain.

      Tapi, ada juga yang termasuk kategori semi-engineered building. Bangunan jenis ini didesain dan direncanakan dengan baik dan memperhatikan semua aspek-aspek engineering, tapi pada pelaksanaannya ada aturan-aturan yang diabaikan sehingga tujuan desain tidak tercapai seutuhnya. Contoh kasus yang bapak ceritakan bisa jadi termasuk di kategori ini. Pondasinya sudah didesain dengan matang termasuk mutu beton dan pembesiannya, tapi ternyata ada masalah dalam hal metode konstruksinya.

      Mengecor di genangan air tidak sama dengan mengecor di atas permukaan yang kering. Kalau genangan airnya relatif sedikit, biasanya campuran air sewaktu mengaduk agak dikurangi, dengan harapan genangan air yang ada diperkirakan bisa mencukupi kadar air yang dibutuhkan. Tapi, kalau genangan airnya cukup banyak, prosedur yang benar adalah air tersebut harus dipompa keluar terlebih dahulu baru beton dicor. Masalah apakah nanti ada air yang masuk lagi itu masih bisa diterima, kecepatan permeabilitas (aliran air di pori-pori tanah) relatif lambat, yang penting beton dituang dan dipadatkan dalam kondisi tidak terendam air.

      Contoh ekstrim, pondasi bore-pile. Rasanya kita jarang menemukan lubang yang digali sedalam 20 m (misalnya) tapi tidak ada air tanahnya. Hampir mustahil untuk sebagian besar daerah di Indonesia. Makanya sebelum mengecor pondasi bore-pile, air di lubang tersebut dipompa keluar terlebih dahulu baru besi tulangan dimasukkan, dan beton pun dituang perlahan-lahan.

      Kembali ke kasus, apakah beton tersebut bisa diterima. Secara engineering tentu tidak. Alasannya, pertama sewaktu menuang adukan beton, beton harus dipadatkan, entah itu menggunakan vibrator atau cukup ditusuk-tusuk dengan batang besi atau kayu yang bersih. Jika mengecor di genangan air yang volumenya besar, sewaktu pemadatan, sebagian campuran semen akan ikut menyebar keluar dari adukan menuju ke genangan air sehingga ikut mengambang di atas, tidak mengendap bersama dengan kerikil. Padahal yang mengikat kerikil adalah semen, yang menentukan kekuatan beton adalah semen (bisa dilihat dari tabel di atas). Jadi, secara otomatis kekuatan beton bisa berkurang.

      Yang kedua, jika tidak dilakukan pemadatan dengan tujuan agar semennya tidak berhamburan keluar, yang terjadi adalah beton tidak akan menyebar secara merata, dan bisa jadi rongga sebelah bawah tulangan tidak akan terisi oleh beton, sehingga tulangaannya akan terekspos (tidak terselimuti beton), mudah mengalami korosi, dan akhirnya kekuatan pondasi menjadi berkurang (bahkan bisa hilang).

      Itu pendapat pribadi saya. Saya sendiri belum punya pengalaman khusus dalam hal pengecoran di dalam air. Mungkin rekan-rekan yang sering mendesain bangunan di perairan lebih paham dengan hal ini.

      Kasus di atas sebenarnya sangat disayangkan jika memang sering terjadi, soalnya pondasi alaah elemen struktur yang punya peranan paling penting. Artinya, tidak ada gunanya membuat kolom dan balok yang kokoh sementara pondasinya tidak diperhatikan (asal jadi).

      Terakhir, anggapan semakin banyak air maka semakin kuat beton, saya yakin istilah tersebut TIDAK berasal dari sesorang yang punya pengetahuan dan pengalaman tentang beton. 🙂

      Sekali lagi, terima kasih atas infonya, pak.

      Mohon dikoreksi jika ada kekeliruan.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *