Skip to content
Categories:

Bangunan Sekolah Sekarang Menjadi (Lebih) Penting

Post date:
Author:
Number of comments: 3 comments

image
Familiar dengan foto-foto di atas? Sekolah ambruk udah sering sekali kita dengar beritanya. Ngga ada angin, hujan, apalagi gempa…eh… tau-tau ambruk sendiri.

Hari ini saya baca-baca SNI Gempa terbaru, SNI-1726-2012. Di situ saya ketemu hal yang menarik perhatian.

image

Saya sedang baca tabel Kategori Resiko terhadap beban gempa. Begitu nyampe ke kategori IV, saya berhenti di “Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan”.
Saya langsung loncat ke tabel di bawahnya, pengen tau berapa faktor keutamaannya…. ternyata 1.50!

Trus, saya menerawang sedikit… saya sangat familiar dengan SNI Gempa sebelumnya, SNI-1726-2002… dan seingat saya, ngga pernah ada statement faktor keutamaan untuk gedung Sekolah.

Karena penasaran, saya buka SNI Gempa 2002… dan…

image

Ternyata benar… gedung sekolah tidak satu pun disebutkan secara spesifik. Dan praktiknya selama ini, banyak perencana ngasih faktor keutamaan 1.0 untuk gedung sekolah, biar irit kayaknya. Lagian mereka bisa berlindung di balik SNI Gempa 2002 ini,… tinggal bilang aja kalo sekolah itu termasuk gedung umum (item pertama).

Tapi ternyata, kenyataannya di lapangan… seperti saya bilang tadi…. ga ada gempa, udah ambruk duluan. Kalo ada gempa, yang ambruk lebih banyak lagi. Coba kita ingat-ingat lagi peristiwa gempa Yogya dan Padang beberapa tahun silam. Gedung sekolah, kampus, dan sejenisnya, ngga luput dari kerusakan struktural.

Sekarang di SNI Gempa 2012 ini, gedung sekolah dengan tegas dimasukkan ke Kategori Risiko IV dengan faktor keutamaan 1.5, malah di urutan kedua setelah bangunan monumental. Artinya, gedung sekolah harus lebih kuat 1.5 kali dibandingkan gedung umum lainnya, dalam hal pembebanan gempa. Alasannya memang cukup logis, kalo kita lihat fakta selama ini, dalam kasus-kasus bencana alam di Indonesia, bangunan sekolah adalah salah satu fasilitas umum yang sering dimanfaatkan sebagai tempat pengungsian, penampungan, dan perlindungan. Jadi, tingkat keutamaanya memang harus sejajar dengan fasilitas penting lainnya, seperti rumah sakit yang ada UGD-nya, fasilitas komunikasi, damkar, dll.

Kembali ke SNI tadi, memang sih SNI Gempa ini sebagian besar disadur dari ASCE. Tapi, coba lihat ASCE 7 tahun 2005:

image

image

Sekolah dimasukkan ke kategori III, itupun hanya elementary school sama secondary school yang kapasitasnya di atas 250 orang. Artinya, bangunan SMU, dan perguruan tinggi, boleh masuk kategori II (lebih rendah faktornya).

Sementara di ASCE 7 tahun 2010:

image

School sama sekali ngga muncul. Hmmm.

 

Jadi…. berhati-hatilah para insinyur perencana, mulai sekarang, kalo ada pekerjaan desain (perencanaan) bangunan sekolah, sepertinya kita akan bongkar kebiasaan lama.

Kalo pemilik (owner) tiba-tiba nanya, kok strukturnya besar-besar? Gedung sekolah yang lain ngga segitu. Kita (para insinyur) punya pedoman, SNI-1726-2012 mengharuskan gedung sekolah harus punya faktor keutamaan 1.5. 🙂

Kalo ngga diikutin, perlu hati-hati, karena UU Keinsinyuran sudah mulai diberlakukan.

-semoga bermanfaat-

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *